Friday, January 19, 2018

11-Berpisah

Berpisah

Sejak kelas 1 hingga kelas 2 aku dan vania selalu satu kelas, dan vania adalah orang terdekatku, aku dan vania telah melewati banyak hal yang menjadi hiasan manis perjalanan masa masa SMA kami, waktu 2 Tahun serasa berjalan begitu cepat.

Sampai pada akhirnya hari ini, hari pertama masuk di kelas 3, aku dan vania harus berpisah kelas , Vania masuk ke dalam golongan siswa pintar dan cerdas di 3 Fisika 1 dan aku masuk dalam golongan  siswa pembuat masalah dengan tingkat kecerdasan biasa biasa saja di 3 Fisika 2.


Semua masih menempel di ingatanku seakan akan tidak ingin terlewati begitu saja, momen dimana aku dan vania melewati banyak peristiwa,banyak kenangan entah itu senyuman, tertawa ataupun tetes air mata.

Masih teringat jelas di ingatanku bagaimana bila aku bercerita tentang Riska, bercerita tentang Sheila kepada vania dan vania mencoba untuk memberikan nasehat kepadaku seakan akan dia mendukung aku, dan aku tahu persis tidak seperti itu di dalam hatinya dan aku tahu dengan sangat dia sangat tidak nyaman dengan cerita cerita ku itu, yang sebenarnya juga adalah karanganku saja untuk menutupi betapa aku menginginkan kamu vania.

Masih teringat jelas di ingatanku bagaimana vania adalah orang yang pertama kali memberikan aku ucapan selamat ulang tahun bukan hanya pada saat itu saja, tetapi orang pertama yang memberi ucapaan seumur hidupku. Satu satunya yang memberikan aku hadiah dengan hal hal yang sederhana namun mampu memberikan memory untuk berpuluh tahun lamanya.

Aku merasa sangat rendah bila mengingat semua itu, bagaimana seorang vania sangat menghargai perasaanku, bagaimana dia tidak pernah sedikitpun menceritakan bahwa dia menyukai seorang pria dia sangat menjaga hati ku untuk tidak terluka dan aku baru tersadar saat ini di tahun 2017, 24 tahun kemudian.

"Dio, kamu sedih nggak?" Vania duduk disampingku berkata dengan sendu.

"Iya, aku sedih kita harus pisah kelas, tapi yang penting kita masih bisa ketemu kan" Ucapku untuk menenangkan.

"Iya, kamu baik dio, kamu selalu mendengarkan aku, kamu tidak pernah mengeluh walapun aku selalu bercerita tentang hal sedih yang itu itu saja" Kata vania

Aku terdiam beberapa saat, serasa sesuatu menusuk jantungku, satu rasa yang sangat menyakitkan, betapa aku ingin selalu mengenang masa masa lalu itu.

"Vania, nanti 15 tahun lagi, kalau suatu ketika aku melihat kamu, kamu harus tetap ingat sama aku yah, kamu harus tetap kenal aku yah vania" Aku berucap dengan nada sangat lirih.

"Kenapa dio? Aku pasti akan selalu ingat kamu, gak mungkin aku lupa sama kamu " Ucap vania

"Karena kamu akan menjadi orang yang hebat, kamu akan menjadi orang yang paling bahagia dengan segala yang kamu miliki" Ucapku sambli menatap mata vania yang sudah mulai berkaca kaca.

Vania memiliki segalanya, cantik,lembut,perhatian, pintar segala sesuatu yang dinginkan seorang pria ada dalam diri vania.Dan aku sangat yakin bahwa kelak vania akan bahagia bersama orang yang ia cintai dan vania akan menjadi seseorang yang hebat, ya, karena dia memiliki semuanya.

Vania mengeluarkan sesuatu dari dalam tasnya, ternyata itu adalah Gelang yang pernah aku berikan untuk vania, yang aku belikan di bandung  1 tahun yang lalu.

Lalu vania mengambil gunting dan memotong gelang itu menjadi 2 bagian dan kemudian menyambungnya kembali sehingga kini menjadi 2 gelang dengan ukuran yang lebih kecil.

"Dio, ini buat kamu" Vania memberikan satu gelang itu kepada ku.

"Gelang ini aku bagi dua, agar kamu selalu ingat bahwa aku dan kamu itu seharusnya tidak terpisahkan"

"Ini untuk kamu,kamu simpan yah dio, dan aku akan simpan satu gelang ini, untuk selalu tetap ingat kamu, kamu yang selalu ada disaat aku lelah dio" tetesan air mata mulai jatuh di pipinya.

Air manata menetes di pipinya, membasahi wajah manisnya, dan tidak pernah aku melihat seorang vania secantik hari ini. Hari ini, dimana aku dan vania harus berpisah, dia terlihat begitu cantik untukku,peristiwa yang tetap menempel di ingatanku.

Malam ini aku membuka sebuah tas dengan motif snoppy, vania memberikannya kepadaku waktu itu, dia meminta aku untuk memakainya. Walaupun tas ini adalah tas perempuan aku tidak malu untuk memakainya di sekolah.

Aku buka satu persatu barang barang pemberian vania yang aku simpan di dalam tas itu, semua membawa ingatanku kembali bagaimana pertama kali aku kenal vania, vania yang selalu membuatku untuk dapat bangun lebih awal di pagi hari, vania yang selalu membuatku ingin cepat sampai di kelas hanya untuk menatapnya dari kejauhan.

Selanjutnya hari hari terasa begitu sepi, tidak ada lagi vania yang selalu aku hampiri disaat jam istirahart, tidak ada lagi vania yang bila aku sedang duduk sendiri di kelas dia akan menghampiriku, sekedar untuk meledekku tentang riska atau sheila. 

Aku merasa jauh denganvania entah apa sebabnya, vania sudah jarang menelpon aku dan ketika aku menelpon vania sering tidak ada, entah disengaja atau tidak aku tidak tahu yang jelas keadaan ini membuat langkahku terasa berat untuk berjalan, aku ingin kembali ke masa lalu, entah bagaimana caranya.

Beberapa kali aku mencoba menelpon vania dan yang mengangkat adalah adiknya dan selalu mengatakan vania sedang tidak ada, walaupun sepertinya aku tahu bahwa dia ada, dan mungkin tidak ingin menerima teleponku.

Semua terasa menjadi gelap, terasa hanya ada warna warna gelap disekelilingku, dan tiba tiba aku merasa berada di sebuah ruangan kosong dengan kaca dimana aku dapat melihat keramaian diluar namun terasa sunyi sepi dan senyap diruangan kaca ini, aku terduduk sendiri, terduduk terdiam tanpa ada satu katapun yang dapat terucap seakan akan mulut ini enggan untuk digerakan berbicara.

Bertahun tahun lamanya aku tidak dapat menemukan jawabannya mengapa sejak peristiwa perpisahan itu aku tidak bisa lagi menemukan sosok vania sebagaimana vania yang aku kenal selama ini.

Aku merasakan seakan akan ada sosok lain yang mengisi jiwa vania, sosok yang tidak aku kenal yang membuat aku menjadi orang asing baginya. Bukankah baru saja dia mengatakan jangan pernah ada yang melupakan diantara kita, tetapi semua berputar dan berbalik secara cepat tanpa aku tahu.

Aku tahu persis seperti apa sifat vania, bagaimana cara menenangkan seorang vania bila sedang gelisah, bagaimana menghentikan tangisan vania, bagaimana aku selalu mendengarkan ceritanya untuk membuat dirinya tenang. Namun saat ini serasa berbeda, vania seakan bergerak menjauh dan semakin menjauh, sebuah misteri yang kelak baru aku paham dan mengerti penyebabnya.

Dan aku sangat sadar, aku bukan orang yang tepat untuk seorang gadis seperti vania yang memiliki kesempurnaan seorang wanita. Aku hanyalah seorang laki laki yang hanya memiliki rasa cinta yang tak terungkap dan tidak lebih, sebuah rasa cinta terbesar seumur hidupku dan vania adalah cinta pertama aku.Cinta pertama yang tidak pernah dia tahu.

Malam ini aku berdoa dengan segala keikhlasan dan ketulusan untuk kebahagiaan vania, aku berharap suatu saat vania pasti akan menemukan pendamping hidupnya yang akan membuat dia bahagia,sudah pasti dan jelas orang itu bukanlah aku.

Hari ini 15 January 1994 aku menuliskan di buku harianku, aku menuliskan tentang seorang wanita yang telah merubah cara aku berfikir tentang keindahan masa muda, aku berterima kasih untuk vania yang telah memberikan kisah manis masa sma yang telah menjadikan aku mengerti bagaimana selayaknya seorang wanita diperlakukan.  

Dan juga aku menuliskan doa untuk vania keliak dia akan menemukan seseorang yang akan memberikan kebahagiaan dan cinta sejati untuknya, karena aku yakin jauh di lubuk hati vania dia menginginkan seseorang yang mencintainya menyayanginya sepenuh hati, selalu ada mendampinginya seperti yang sering vania ceritakan kepadaku. 

Dan kelak aku baru mengetahui siapa orang itu.Seorang laki laki yang sangat diinginkan vania. Nanti akan aku ceritakan kepada kalian, siapa sebenarnya orang itu dan apa yang sebenarnya terjadi dengan vania di tahun 1994.

Aku menutup buku harianku,malam ini aku benar benar tidak bisa memejamkan mataku sedikitpun, kenangan kenangan lama bersama vania seakan akan berlarian di alam pikiranku yang kosong, walaupun aku mencoba untuk mengalihkannya.

Aku hanya bisa mengucapkan dengan lirih dari hatiku yang terdalam.. "Selamat Malam Vania.. terima kasih untuk semua kisah yang telah kau tuliskan untuk mewarnai hidupku selama ini.."


0 comments:

Post a Comment