Wednesday, January 24, 2018

08-Dia Kembali

Dia Kembali

Suara hujan terdengar membangunkanku dipagi ini, dipagi yang dingin dan memberatkan tubuh ini untuk beranjak dari tempat tidur. Badan ini terasa berat untuk bergegas bersiap siap ke sekolah, tidak seperti biasanya aku yang sangat sigap untuk pergi menuju ke sekolah untuk segera bisa bertemu dengan vania , tetapi tidak untuk kali ini.

Akhirnya dengan berat langkah aku berjalan menuju ke sekolah dengan tas alpina yang hanya bersisi beberapa buku saja.Tiba di gerbang sekolah, aku melihat mobil Suzuki Viatar warna hijau tua berhenti, aku tahu itu Vania, dia baru tiba di sekolah diantar supirnya, jaraku terpaut sekitar 30 m namun aku tidak memanggilnya. Aku hanya berdiam memandang vania dari belakang yang tampak anggun dengan tas warna orange dan sepatu Dr.Marten warna merah marun, dia melangkah santai menuju gerbang sekolah tanpa menyadari aku ada di belakangnya.

Sampai dikelas aku letakkan tasku di atas meja, dan aku coba melihat sekelilingku, banyak keceriaan dan tawa disana, disebelah kanan kulihat vania sedang sibuk membaca buku, sibuk menghafal. Aku tahu dari wajahnya ada sesuatu yang tak biasa terjadi dengan dirinya, namun aku enggan untuk menanyakannya.

"Selamat pagi anak anak,buka tugas minggu lalu yang sudah diberikan !" Suara wanita setengah paruh baya terdengar bagaikan halilintar. Itu suara Ibu Hesty, guru matematika yang terkenal paling "killer".

Semua siswa terdiam, terpaku dengan jantung yang berdebar. Ibu Hesty terkenal sangat sadis dan tidak segan segan melontarkan kata kata yang tidak terduga apabila kita tidak bisa menjawab pertanyaannya, dan kali ini satu persatu kami diminta untuk kedepan menyelesaikan satu persatu tugas yang sudah diberikan.

Aku bisa melihat raut masing masing anak, ada yang telihat pucat, ada yang menunduk, ada yang pura pura menuliskan sesuatu namun yang jelas semuanya memiliki tujuan yang sama yaitu "Jangan Sampai Dipanggil Kedepan Papan Tulis" itu adalah kiamat.  

"Endang,,,kamu maju kedepan kerjakan Soal No 1" beberapa siswa yang sudah panik dan was was menarik napas panjang dan lega.

Endang yang memang salah satu siswi terpandai dikelas, berjalan kedepan tanpa beban dan menyelesaikan soal kurang dari 10 menit, tidak ada masalah.

"Bambang...kamu kedepan soal nomor 2 "

Kebalikan dengan endang, bambang adalah murid terbodoh dikelas, perawakannya yang tinggi besar tidak menjamin kecerdasannya, dan kali ini nasib sial bagi bambang terkena panggilan untuk mengerjakan soal.Bambang maju kedepan dengan langkah gontai.

"Masukkan baju kau" Kaya ibu hesti sambil memukulkan pelan penggaris kayu panjang ke perut bambang.

"Ayo mulai..." Suara ibu hesto mengeras ke bambang.

Bambang berdiri terpaku dengan kaki kiri agak ditekuk menatap papan tulis entah apa yang ada di pikiran bambang namun membuat suasana semua menjadi tegang dan mencekam.

5 menit sudah bambang berdiri, rupanya ibu hesti yang duduk di meja guru tidak mengira kalau bambang masih berdiri dengan tatapan kosong tanpa tahu apa yang harus dia kerjakan.

"Kenapa kamu masih diam saja...ayo cepat tulis..selesaikan soalnya"

Bambang tetap berdiri, wajahnya memelas seakan akan meminta pertolongan darurat kepada kami  dibelakangnya, namun semua murid tidak berani untuk melakukan kontak mata dengan bambang takut kena imbas, dan lebih memilih menunduk pura pura mengerjakan sesuatu.

"oke..sekarang kamu ikuti kata kata saya.percuma badan kamu besar bang.." Ibu Hesti menarik nafas panjang menahan kesabaran.

"Lihat Segitiga ABC...ayo" Suara ibu hesti terdengar keras memecahkan suasana kelas yang mencekam.

"Lihat Segitiga ABC.." sekali lagi suara ibu hesti makin mengeras.

Bambang masih berdiri menatap papan tulis yang kosong dengan tangannya yang memutar mutar kapur tulis dan terlihat sedikit gemetar.

"Bambang...lihat segitiga ABC" Ibu hesti membentak, semua anak tertunduk tidak ada yang berani menatap.

"Maksud saya kamu tulis.. kamu tulis "Lihat Segita ABC" Bambaaaaang..ampun sayaa.." Ibu Hesti membentak, ternyata yang dimaksud ibu hesti adalah mendikte bambang untuk menyelsaikan soal, seketika juga terdengar cekikikan dibelakang, yang langsung disambut dengan bentakan ibu hesty.

"Diam Semua....!!!"

Bambang mulai menuliskan apa yang diucapkan ibu hesti, satu persatu didikte yang sebenarnya bambang juga tidak tahu apa yang ia tulis, mungkin yang ada di pikiran bambang yang penting cepat selesai.

Kejadian bambang tersebut menguntungkan kami semua karena hampir 1 jam ibu hesty menghabiskan waktu membereskan bambang sampai akhirnya jam pelajaran selesai dan bel istirahat berbunyi. Dan ternyata menurut cerita Ibu Hesti belum menikah, mungkin ini yang menyababkan dia selalu galak dan uring uringan.

Aku membereskan buku dan bergegas keluar kelas, tiba tiba ada yang memanggil aku dari dalam kelas.



"Dio...., kesini.." Aku mengenal suara manja itu,itu suara vania.

Aku menghampiri vania yang sedang duduk di bangku terdepan dan suasana kelas mulai sepi semua anak keluar kelas.

"Dio kemana aja sihhh.kenapa nggak telpon aku.." 

"Ada kok vania...iya aku ga pernah telepon kamu.." Aku menjawab dengan datar jawaban yang seharusnya adalah aku bertanya balik mengapa ada perubahan sikap pada vania, namun hal itu enggan aku tanyakan.

"Dio..kamu katanya mau ke bandung yah liburan besok?" Tanya Vania

"Iya..kok kamu tahu?" Jawab aku.

"Nanti beliin aku gelang yah dio..gelang yang warna warni..." Vania meminta dengan manja

Vania memang sangat manja terhadap aku, berbeda dengan sikap vania terhadap yang lain dengan aku dia merasa begitu nyaman dan merasa begitu terlindungi. Vania akan bercerita tentang apapun yang ada di hatinya, kecuali apa isi hati nya dia terhadap aku.

"Dio kamu tahu nggak masa semalam rusdi kerumah aku lho, terus dia bilang suka sama aku..terus habis itu dia memohon aku jadi pacarnya" Vania berbisik bercerita kepadaku.

"Ohh.. Terus kamu gimana?" Aku sontak bertanya balik kepada vania dengan nada khawatir.

"Yah aku tolak dio, aku nggak mau sama dia, terus dia sampai nangis lho dio" 

Vania, mungkin Rusdi adalah laki laki ke 15 yang sudah menyatakan cintanya kepada vania dan vania tetap konsisten tidak menerima satupun cinta dari mereka. Inilah sikap vania yang membuat aku semakin mengagumi vania dan semakin menginginkan vania untuk menjadi milikku.

"dio kamu gimana sama riska? Udah pendekatan? Tanya vania seperti meledek aku.

"Ihh nggak lah, riska itu orangnya sombong vania, mana pernah dia mau terima telpon aku" Kataku

"Kamu harus berani dong dio, kamu ajak pulang bareng" kata vania.

Sebuah nasehat yang tidak aku inginkan, aku benar benar tidak mengingkan riska vania, aku mau kamu, aku ingin kamu dan bukan riska. Kalau kamu bisa membaca hatiku vania, riska hanyalah bualan aku untuk mengalihkan bahwa aku sayang sama kamu vania, aku mau kamu vania namun aku terlalu kerdil dan terlalu takut untuk mengungkapkannya.

"aku boleh potong rambut nggak dio? Vania bertanya kepadaku.

Dalam hatiku mengapa dia bertanya seperti itu kepada aku? Apakah aku sebegitu berarti untuknya? atau itu hanyalah sebuah pertanyaan kepada sahabat dekat saja? Kelak vania menjawab pertanyaan ini kepadaku, pertanyaan yang tersimpan selama puluhan tahun.

"Boleh kok tapi jangan terlalu pendek yahh" kataku

Vania tersenyum sangat manis, sangat manis sekali,tanpa sadar aku menatap indah bola matanya dan senyum ini adalah senyum terindah yang pernah aku lihat yang memberikan keteduhan, kesejukan hati.Tidak ada yang mampu menandingi kamu vania aku bisa menjamin.

Malamnya vania menelpon aku sekitar jam 8 malam, aku tahu bahwa pasti dia akan menelpon aku malam ini.

"Dio..lagi apa?" Pertanyaan pembukaan awal yang sangat standar.

"Lagi nungguin telpon kamu.." jawaban aku meledek vania diikuti dengan tawa kecil yang manja.

"Dio gimana kamu udah pulang bareng riska belum ?" Vania bertanya dengan nada penuh teka teki.

"Ga ah ..aku ga berani dia kan judes" kataku

"Gak apa apa dio, cewek itu seneng kok kalo didekati cowok" kata vania

Dalam hatiku berkata kenapa sih vania kok kamu suruh suruh aku seperti itu, itu kan bukan mauku, aku maunya pulang bareng kamu vania. Namun kata kata itu hanya terucap di dalam hati saja.

Akhirnya aku alihkan ke pembicaraan lain seputar pelajaran dan hal hal lain di sekolah, dari pada membahas tentang riska yang sebenarnya tidak mau aku bicarakan dengan vania.

"Kamu gimana? Udah ada yang nembak kamu lagi belum? kamu kan banyak yang suka vania" kataku

"Nggaaaaak dio..aku nggak mau sama mereka" jawab vania.

:Dio kamu suka cewek yang seperti apa?" Tiba tiba pertanyaan vania membuat aku gugup dan terdiam cukup lama.

"Dio...kamu masih disitu kan? Vania bertanya memastikan aku masih ada dan mendengar pertanyaan dia.

"Aku suka cewek yang rambutnya panjang, hitam, lurus..." aku menjawab singkat dan formal.

"Kayak aku dong..hi hi hi hi" Vania menimpali dengan tertawa kecil yang membuat aku semakin tidak berdaya, namun dalam hati aku menyetujui pernyataan vania tersebut, betul vania bukan seperti kamu tetapi itu adalah kamu.

Kami mengobrol hingga 2 jam larut malam, dan membuat aku dan vania semakin dekat dan semakin dekat. Suasana yang tidak akan terlupakan selamanya bagaimana seoarang vania mampu untuk merubah suasana hatiku, mampu memberikan aku setitik sinar disaat aku lelah.

Vania adalah sosok wanita yang memang aku impi impikan , semua apa yang aku inginkan, tuhan menyatukannya dalam diri vania. Vania adalah bukti dari ciptaan kebesaran yang maha kuasa. 

Aku tidak perlu meminta banyak hal kepada tuhan, asal kamu jadi milikku semua permintaanku telah terpenuhi. 

Malam semakin larut diiringi dengan alunan suara Ricky Johannes melantunkan lagu "satu lagi" mengalun membuai dan tanpa sadari aku tersenyum sendiri. Vania...aku rindu kepadamu malam ini..

Jakarta, 5 Februari 1993

Pertama kujumpa
Pertama kusapa
Kau tersenyum saat itu

Manisnya senyummu
Lembutnya dirimu
Seakan tiada cela

Baru kini kutemui yang kurindu
semua yang ada dirimu
Lugu wajahmu ih anggunnya kamu
kudamba slalu kau kudamba

Ada yang kutau
Ada yang kurasa
Satu hal yang tak biasa

Ada rasa rindu
Ada rasa cinta
Menyatu didalam hati

Tak akan kulupakan dirimu kasih
kudambakan cintamu
Satu lagi yang tak mungkin ku lupa
Lembutnya tatapan matamu

Kasih kutahu cintamu untukku
Kau kurindu kau kucinta
Satu lagi kasih kusayang kamu














0 comments:

Post a Comment